Sabtu, 23 Juni 2012

Jin dan Siluman Pelaris Usaha

...yang membuat nafsu makan hilang adalah ada sosok genderuwo yang sedang meludahi makanan-makanan yang tersaji, jadi makanan yang disajikan adalah bekas air ludah genderuwo. Tercium bau sangit yang sangat menyengat hidung.
Setelah terkena PHK, Adi tampak bingung, karena semua perusahan yang dilamar tidak member harapan yang banyak, setelah mencoba berbagai saran akhirnya Adi memutuskan untuk membuka usaha warung makan, dengan sedikit uang dari tabungan selama dia bekerja akhirnya saat yang dinantikan berhasil diwujudkan.
Pada mulanya bisnis yang digelutinya terlihat ramai, perekonomian yang awalnya terpuruk lambat laun menjadi lebih baik, namun bersamaan dengan datangnya krisis tahun 1998 banyak orang yang bantingstir  membuka usaha sepertinya.

Maka kita dapat mengetahui akhirnya, usaha yang dirintisnya lambat laun menurun omsetnya, kebingungan melanda Adi untuk yang kedua kalinya. Setelah sekian lama akhirnya Adi bertemu dengan teman lama semasa di sma.

“Usaha warung makan saya sekarang lagi sekarat” Adi menceritakan kepada Eko, “Sudah pernah disyareatin belum?” Eko bertanya dengan mimik serius. “Memangnya harus bagaimana?” balas Adi. “Biasanya orang yang usaha tidak pernah kosong, selalu disyareat, ada yang dengan jalan pesugihan, atau ada yang menggunakan makhluk ghaib untuk menambah citarasa dari masakan yang disajikan”. Eko sedikit menjelaskan pada sahabatnya. Adi mengernyitkan dahi seolah-olah sedang berpikir keras membayangkan modal pinjaman yang mungkin tidak mampu lagi dia bayar, “Ada yang cara cepat nggak, tapi tidak memberatkan syarat dan ritualnya, juga resikonya jangan seperti pesugihan yang akhirnya kita sendiri sengsara di akherat” Adi tertarik dengan cerita dari sahabatnya itu meski dia sendiri takut dengan akibatnya.

“Ada yang cara cepat, paling syaratnya tiap malam selasa legi kita hanya menyediakan umbo rampe atau kembang setaman” kata Eko. “Sudah ada yang mencoba belum?” Tanya Adi semakin serius. “Sudah banyak, aku sendiri juga sudah membuktikannya, makanya warung makanku yang di Cikampek tidak pernah sepi dari pelanggan, kamu kan menyaksikannya sendiri” kata Eko. “Terus saya harus melakukan apa?” kata Adi berharap cemas. “Kuantar kamu ke Eyang yang ada di gunung Kemukus”balas Eko. “Oke. Kapan kamu bisa mengantar aku?” Adi sudah membulatkan tekan untuk mengikuti jejak sahabatnya itu demi bisa membayar pinjaman, dan ingin usahanya sukses.

Singkat cerita Adi dan Eko sudah sampai di rumah orang pintar daerah gunung Kemukus. “Mbah maksud kedatangan saya, mengantar sahabat saya yang usahanya sedang terpuruk” Eko memulai pembicaraan. Orang yang dipanggil Mbah hanya manggunt-manggut sembari mengepulkan asap rokok lisong yang bau kemenyan.” Kalau usahamu sendiri sekarang bagaimana?” Mbah masih terus dengan asap lisongnya. “Tokcer mbah, sekarang pelanggan tidak pernah sepi. Maka mobil dan rumah juga sudah terbeli, terimakasih banyak mbah..” kata Eko “Tapi jangan lupa tiap malam selasa legi ya…” kata mbah memperingatkan.

Mbah menambahkan kemenyan ke perdupaan, asap kemenyan kian menyengat hidung, tampak mbah memejamkan mata sambil komat-kamit membacakan mantera. Keringat membasahi dahi yang kulitnya termakan usia. Sesaat kemudian mbah meniup air di botol lalu diserahkan ke Adi “Ingat, air ini campurkan di tempat air yang untuk mencuci beras atau untuk minum, dan setiap malam selasa legi jangan lupa menaruh umbo rampe atau kembang setaman di kamar tempat kamu tidur” mbah menjelaskan tata cara pelarisan usahanya. “Kalo tidak lupa dengan syarat nya mudah-mudahan tidak sampai sebulan, tempat usahamu akan laris. Tapi jika lupa dengan syarat tadi maka tuah khodam akan berangsur pudar”

Setelah menyelesaikan mahar dan lain sebagainya maka Adi dan Eko pamit pada mbah. Dalam perjalanan Adi membayangkan usahanya yang akan berhasil, terlebih Eko menceritakan pengalamannya sendiri yang telah mendapatkan hasilnya.
Hari demi hari warung makan Adi semakin bertambah banyak pelanggannya. Wajah Adi tidak lagi murung seperti dulu. Karena dalam waktu tidak sampai sebulan, semua hutangnya telah lunas. Dan sekarang rumah besar telah Adi miliki, dengan kendaraan roda empat mengisi garaso rumahnya.

Secara kebetulan Miztix bersama rekan bisnis singgah di warung makan Adi yang kini menjadi restoran besar. Banyak sekali pengunjung dan tampak plat mobil dari luar daerah, karena inilah Miztix mencoba penerawangan ke seluruh restoran. Apa yang Miztix liha adalah banyak sekali makhluk halus bangsa genderuwo. Ada yang sedang mengawasi pengunjung yang datang, ada yang mondar mandir dan akhirnya Miztix memutuskan untuk hanya minum air bersoda, karena tampak dalam pandangan Miztix yang membuat nafsu makan hilang adalah ada sosok genderuwo yang sedang meludahi makanan-makanan yang tersaji, jadi makanan yang disajikan adalah bekas air ludah genderuwo. Tercium bau sangit yang sangat menyengat hidung. Pantas saja dulu yang hanya warung kecil sekarang menjadi restoran besar. Ternyata hasil dari terawangan Miztix, warung makan Adi menggunakan pelaris usaha dari makhluk gaib yang sekaligus untuk menambah citarasa bagi orang yang tidak waspada dengan bersih atau tidaknya makanan yang dimakannya.

Lebih lanjut Miztix mengamati orang-orang yang telah memakannya, terlihat pancaran auranya menjadi lebih redup atau gelap, bagaikan belum tidur dua hari. Maka kita perlu menjaga apapun yang dimakan, baik dari uang korupsi atau perbuatan makar yang lain, juga bersih dari sentuhan makhluk-makhluk luar sunnah. Agar kita tidak di hak miliki oleh makhluk tersebut yang akhirnya membawa kerugia.
Semoga tulisan ini membawa hikmah dan berkah untuk kita semua . Wassalam (Miztix)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Saya: