...yang membuat nafsu makan hilang adalah ada sosok genderuwo yang sedang meludahi makanan-makanan yang tersaji, jadi makanan yang disajikan adalah bekas air ludah genderuwo. Tercium bau sangit yang sangat menyengat hidung.
Setelah terkena PHK, Adi tampak bingung, karena semua
perusahan yang dilamar tidak member harapan yang banyak, setelah mencoba
berbagai saran akhirnya Adi memutuskan untuk membuka usaha warung makan, dengan
sedikit uang dari tabungan selama dia bekerja akhirnya saat yang dinantikan
berhasil diwujudkan.
Pada mulanya bisnis yang digelutinya terlihat ramai,
perekonomian yang awalnya terpuruk lambat laun menjadi lebih baik, namun
bersamaan dengan datangnya krisis tahun 1998 banyak orang yang bantingstir membuka usaha sepertinya.
Maka kita dapat mengetahui akhirnya, usaha yang dirintisnya lambat laun menurun omsetnya, kebingungan melanda Adi untuk yang kedua kalinya. Setelah sekian lama akhirnya Adi bertemu dengan teman lama semasa di sma.
Maka kita dapat mengetahui akhirnya, usaha yang dirintisnya lambat laun menurun omsetnya, kebingungan melanda Adi untuk yang kedua kalinya. Setelah sekian lama akhirnya Adi bertemu dengan teman lama semasa di sma.
“Usaha warung makan saya sekarang lagi sekarat” Adi
menceritakan kepada Eko, “Sudah pernah disyareatin belum?” Eko bertanya dengan
mimik serius. “Memangnya harus bagaimana?” balas Adi. “Biasanya orang yang
usaha tidak pernah kosong, selalu disyareat, ada yang dengan jalan pesugihan,
atau ada yang menggunakan makhluk ghaib untuk menambah citarasa dari masakan
yang disajikan”. Eko sedikit menjelaskan pada sahabatnya. Adi mengernyitkan
dahi seolah-olah sedang berpikir keras membayangkan modal pinjaman yang mungkin
tidak mampu lagi dia bayar, “Ada yang cara cepat nggak, tapi tidak memberatkan
syarat dan ritualnya, juga resikonya jangan seperti pesugihan yang akhirnya
kita sendiri sengsara di akherat” Adi tertarik dengan cerita dari sahabatnya
itu meski dia sendiri takut dengan akibatnya.
“Ada yang cara cepat, paling syaratnya tiap malam selasa
legi kita hanya menyediakan umbo rampe atau kembang setaman” kata Eko. “Sudah
ada yang mencoba belum?” Tanya Adi semakin serius. “Sudah banyak, aku sendiri
juga sudah membuktikannya, makanya warung makanku yang di Cikampek tidak pernah
sepi dari pelanggan, kamu kan menyaksikannya sendiri” kata Eko. “Terus saya
harus melakukan apa?” kata Adi berharap cemas. “Kuantar kamu ke Eyang yang ada
di gunung Kemukus”balas Eko. “Oke. Kapan kamu bisa mengantar aku?” Adi sudah
membulatkan tekan untuk mengikuti jejak sahabatnya itu demi bisa membayar
pinjaman, dan ingin usahanya sukses.
Singkat cerita Adi dan Eko sudah sampai di rumah orang
pintar daerah gunung Kemukus. “Mbah maksud kedatangan saya, mengantar sahabat
saya yang usahanya sedang terpuruk” Eko memulai pembicaraan. Orang yang
dipanggil Mbah hanya manggunt-manggut sembari mengepulkan asap rokok lisong
yang bau kemenyan.” Kalau usahamu sendiri sekarang bagaimana?” Mbah masih terus
dengan asap lisongnya. “Tokcer mbah, sekarang pelanggan tidak pernah sepi. Maka
mobil dan rumah juga sudah terbeli, terimakasih banyak mbah..” kata Eko “Tapi
jangan lupa tiap malam selasa legi ya…” kata mbah memperingatkan.
Mbah menambahkan kemenyan ke perdupaan, asap kemenyan kian
menyengat hidung, tampak mbah memejamkan mata sambil komat-kamit membacakan
mantera. Keringat membasahi dahi yang kulitnya termakan usia. Sesaat kemudian
mbah meniup air di botol lalu diserahkan ke Adi “Ingat, air ini campurkan di
tempat air yang untuk mencuci beras atau untuk minum, dan setiap malam selasa
legi jangan lupa menaruh umbo rampe atau kembang setaman di kamar tempat kamu
tidur” mbah menjelaskan tata cara pelarisan usahanya. “Kalo tidak lupa dengan
syarat nya mudah-mudahan tidak sampai sebulan, tempat usahamu akan laris. Tapi
jika lupa dengan syarat tadi maka tuah khodam akan berangsur pudar”
Setelah menyelesaikan mahar dan lain sebagainya maka Adi dan
Eko pamit pada mbah. Dalam perjalanan Adi membayangkan usahanya yang akan
berhasil, terlebih Eko menceritakan pengalamannya sendiri yang telah
mendapatkan hasilnya.
Hari demi hari warung makan Adi semakin bertambah banyak
pelanggannya. Wajah Adi tidak lagi murung seperti dulu. Karena dalam waktu
tidak sampai sebulan, semua hutangnya telah lunas. Dan sekarang rumah besar
telah Adi miliki, dengan kendaraan roda empat mengisi garaso rumahnya.
Secara kebetulan Miztix bersama rekan bisnis singgah di
warung makan Adi yang kini menjadi restoran besar. Banyak sekali pengunjung dan
tampak plat mobil dari luar daerah, karena inilah Miztix mencoba penerawangan
ke seluruh restoran. Apa yang Miztix liha adalah banyak sekali makhluk halus
bangsa genderuwo. Ada yang sedang mengawasi pengunjung yang datang, ada yang
mondar mandir dan akhirnya Miztix memutuskan untuk hanya minum air bersoda,
karena tampak dalam pandangan Miztix yang membuat nafsu makan hilang adalah ada
sosok genderuwo yang sedang meludahi makanan-makanan yang tersaji, jadi makanan
yang disajikan adalah bekas air ludah genderuwo. Tercium bau sangit yang sangat
menyengat hidung. Pantas saja dulu yang hanya warung kecil sekarang menjadi
restoran besar. Ternyata hasil dari terawangan Miztix, warung makan Adi
menggunakan pelaris usaha dari makhluk gaib yang sekaligus untuk menambah
citarasa bagi orang yang tidak waspada dengan bersih atau tidaknya makanan yang
dimakannya.
Lebih lanjut Miztix mengamati orang-orang yang telah
memakannya, terlihat pancaran auranya menjadi lebih redup atau gelap, bagaikan
belum tidur dua hari. Maka kita perlu menjaga apapun yang dimakan, baik dari
uang korupsi atau perbuatan makar yang lain, juga bersih dari sentuhan
makhluk-makhluk luar sunnah. Agar kita tidak di hak miliki oleh makhluk
tersebut yang akhirnya membawa kerugia.
Semoga tulisan ini membawa hikmah dan berkah untuk kita
semua . Wassalam (Miztix)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Saya: